Pegunungan Arfak telah lama dikenal sebagai destinasi penting bagi wisatawan yang suka dengan alam. Setiap tahun, sebelum Pandemi Covid-19 menyerang seluruh negeri, banyak sekali wisatawan domestik maupun manca negara yang ke sana untuk menikmati aktivitas penjelajahan hutan, pengamatan burung dan satwa liar serta kunjungan ke kampung-kampung tradisional.
Wisatawan Eropa saat setelah aktivitas nonton burung |
Rumah Kaki Seribu |
Wisatawan Eropa di Pegunungan Arfak |
Danau Anggi di Pegunungan Arfak |
Hutan hujan tropis di Pegunungan Arfak adalah habitat alami bagi ribuan spesies tumbuhan dan hewan. Keanekaragaman hayati yang tinggi ini menjadi daya tarik wisata bagi para wisatawan baik domestik maupun manca negara.
Bower dari Burung Pintar di Pegunungan Arfak |
Masyarakat adat di Pegunungan Arfak sangat tergantung pada kelimpahan sumberdaya alam yang tersedia di hutan untuk kelangsungan hidup mereka. Kayu digunakan sebagai bahan bangunan dan bahan bakar, serat tanaman untuk membuat noken, daun maupun akar sebagai obat tradisional.
Oleh karena itu, masyarakat adat di Pegunungan Arfak sangat berhati-hati dalam menggunakan sumber daya alam yang ada sehingga dapat tetap lestari dan bisa terus dimanfaatkan oleh generasi-generasi selanjutnya.
Ekowisata adalah salah satu skema pemberdayaan ekonomi masyarakat yang ramah lingkungan. Wisatawan yang datang menonton burung surga, melihat pemandangan Pegunungan Arfak yang indah pasti membutuhkan makanan, penginapan dan jasa kepemanduan. Masyarakat Arfak yang sebagian besarnya adalah petani bisa menjual betatas, sayur dan buah-buahan kepada wisatawan. Ibu-ibu bekerja menyiapkan makanan untuk wisatawan dari hasil kebun yang dibeli dari warga kampung lainnya. Demikian pula dengan pemuda di kampung yang bisa bekerja sebagai pramuwisata menemani tamu selama berada di hutan. Di sejumlah kampung seperti Kwau, Mokwam, serta Syioubri sudah ada guesthouse yang bisa dipakai oleh wisatawan. Kampung-kampung lain di Minyambouw dan di sepanjang pesisir Danau Anggi juga bisa menerima wisatawan di homestay milik setiap keluarga.
Pegunungan Arfak sangat mudah untuk dicapai oleh siapa saja yang tertarik untuk berwisata ke sana. Caranya mudah saja:
- Untuk wisatawan mancanegara, mereka perlu naik penerbangan internasional ke Jakarta atau Bali. Setelah itu mereka bisa ambil penerbangan domestik ke Manokwari (Ibu kota Provinsi Papua Barat).
- Untuk wisatawan dalam negeri, mereka bisa ke kota Manokwari dengan memilih maskapai penerbangan domestik seperti Lion Air, Batik Air dan Sriwijaya Air.
Agar aktivitas pengamatan flora dan fauna berjalan lancar, wisatawan perlu membawa sejumlah peralatan seperti binoculars 10×42 mm dan laser pointer serta tas ransel.
Para pramuwisata dari DPD HPI Papua Barat atau DPC HPI Kabupaten Manokwari akan menemui wisatawan di bandara Rendani untuk kemudian mengatur dan memandu perjalanan mereka ke pedalaman Pegunungan Arfak.
Di kota Manokwari sendiri ada banyak hotel, penginapan, restoran dan rumah makan serta toko-toko yang menjual barang kebutuhan sehari-hari dengan harga yang terjangkau.
Untuk itinerari paket wisata dan biayanya, hal ini tergantung pada jumlah wisatawan dan durasi mereka menjelajahi Pegunungan Arfak. Informasi selanjutnya bisa diperoleh dengan menghubungi email dan nomor WA pengurus DPD HPI Papua Barat di halaman kontak ini.
Artikel oleh Charles Roring & foto oleh: Hans Mandacan.